Wear Bail Salau, Mata Air Tawar yang Muncul di Pantai Varngil Hollat
“Orang bilang Hollat punya air ini sudah,” kata Mus tersenyum bangga.
Langgur, wartaakurat.com – Cuaca siang itu cerah. Deburan ombak menyapu tepi Pantai Varngil, kembali ke laut membawa serta kerikil dan pasir mengikutinya. Membentuk orchestra yang konsisten. Tampak ketinggian air pelan-pelan berkurang, menandakan air mulai surut.
Lima meter dari bibir pantai, Wilhelmus Maturan (51) tengah serius mengayun rimbas. Ia memahat daging kayu, membentuk sebuah perahu tradisional. Sesaat, Ko Mus, panggilannya, berhenti sejenak. Ia berkeringat.
Terlihat, Ko Mus berjalan ke arah laut. Meninggalkan semua alat dan bawaan di belakangnya. Ia mulai berjongkok, menggali pasir dan kerikil di tepi Pantai Varngil, hingga terbentuk semacam kolam kecil.
Dalam waktu singkat, air memenuhi kolam. Ia kemudian mengambil air itu, membasuhi wajah, kaki, dan tangannya. Ia juga minum dari situ. “Ini air tawar,” kata Mus kepada wartawan yang sementara mengamati aktivitasnya.
Mus menuturkan, air itu sudah dimanfaatkan sejak lama. Turun-temurun, penduduk di Hollat menggunakannya untuk kebutuhan rumah tangga. Bahkan mereka mempercayai air tersebut punya khasiat tersendiri untuk kesehatan dan melindungi diri dari hal-hal jahat.
“Orang bilang Hollat punya air ini sudah,” kata Mus sambil tersenyum bangga.
Ia menambahkan, mata air tawar itu awalnya berada di darat. Tepat di bawah rumahnya yang tak jauh dari bibir pantai. Hanya saja, penggunaan air yang tidak tertib, membuat Kakeknya yang juga bernama Wilhelmus Maturan, menutup mata air tersebut.
Lama-kelamaan aliran air tanah itu membentuk mata air baru di tepi pantai. Mereka baru dapat mengambilnya pada saat air surut.
Mata air tawar itu biasanya disebut dengan Wear Bail Salau atau Wear Bail Salo.
Selain Wear Bail Salau, ada juga mata air lain yang letaknya tidak jauh. Mata air itu disebut Wear Ngatun atau Wear Nguton.
Baik Wear Bail Salau dan Wear Ngatun saat ini kurang dimanfaatkan. Sebab Hollat sudah punya jaringan perpipaan yang mengambil air dari pegunungan. Sumber mata air pegunungan itu dikenal dengan nama Wear Matan Fit.
Diceritakan, pada tahun 1970an, Misi Gereja Katolik, di bawah pimpinan Bruder Van Ost, membangun jaringan perpipaan untuk menyalurkan air ke setiap rumah. Saat itu, Hollat dipimpin Orangkay Krispinus Petrus Ulukyanan, ayah dari Martinus Sergius Ulukyanan (MSU).
Editor: Labes Remetwa