Perkuat Brand Pisang Goreng Sianida Melalui Inovasi dan Higienitas Sajian

0
Pisang goreng sianida, Kuliner khas Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. Foto: istimewa

Pisang goreng sianida, Kuliner khas Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. Foto: istimewa

Langgur, wartaakurat.com – Inovasi produk menjadi salah satu upaya agar kuliner khas lokal di Maluku Tenggara (Malra) dapat dikenalkan dan terus bertahan di tengah gempuran persaingan bisnis kuliner lainnya. Ragam inovasi kuliner dapat dilakukan, tentu dibarengi juga sajian yang higienis.

Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku tak hanya memiliki potensi wisata alam eksotis, tapi juga kuliner khas. Salah satunya adalah pisang goreng (pisgor) sianida.

Sebutan pisang goreng sianida sendiri dicetus oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno saat menjajal Desa Ngilngof, Maluku Tenggara beberapa waktu lalu. Sang mentri juga sudah mencicipinya.

Dalam perkembangannya, orderan dan konsumsi pisang goreng sianida masih terbatas. Sajian kuliner khas ini pun belum sepenuhnya memiliki merek atau brand.

Pj. Bupati Malra Jasmono mengatakan, enbal sudah menjadi ikon kuliner khas Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. Salah satu produk olahan enbal adalah pisang goreng enbal atau pisang goreng sianida.

Sebagaimana sebutannya, pisang goreng sianida memang diolah menggunakan tepung enbal atau singkong yang memiliki kandungan racun sianida. Enbal sendiri adalah makanan pokok masyarakat Kei.

Lantas, seperti halnya enbal, Jasmono menginginkan pisang goreng sianida bisa menjadi brand tersendiri dan ikon kuliner khas Kepulauan Kei, Maluku Tenggara.

“Tentunya produk ini (pisang goreng sianida) harus dapat kita brandingkan dan kita patenkan sebagai ikon kuliner di Kepulauan Kei Maluku Tenggara,” ujar Jasmono sebagaimana disampaikan Pj. Sekda Malra pada pembukaan Pelatihan Peningkatan Inovasi dan Higienitas Sajian Kuliner di Malra, Kamis (13/6/2024).

Memang benar, produk pisang goreng sianida harus punya brand. Meski begitu, Jasmono juga tak ingin kuliner itu sekedar punya brand belaka, tapi juga menjadi sajian produk kuliner cita rasa nan bermutu dan berkualitas.

“Kita harus dapat memperhatikan faktor kebersihan atau higeinitas dan kualitas sajiannya serta packaging dari produk kuliner yang ada,” kata Jasmono.

Editor: Labes Remetwa


Bagikan ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *