MSU: Pulang Kampung Hollat (Haluat)
Sebuah cerita bersambung: perantau cilik nan tangguh itu telah kembali.
Langgur, wartaakurat.com – Suara mesin bergemuruh. Kapal fiber berukuran panjang sekitar 15 meter itu mulai bergetar. Di bagian pintu keluar, ABK meminta pedagang asongan meninggalkan kapal. KMP. Marina Syahputra pun bertolak dari Pelabuhan Motor Watdek menuju Elat, kira-kira pukul 10.30 WIT.
Tampak seorang pria paruh baya duduk di bangku kelas ekonomi. Ia adalah Martinus Sergius Ulukyanan (MSU) atau biasa disapa Ateng. Perantau cilik nan tangguh itu telah kembali.
Ditemani beberapa orang, Ateng melakukan perjalanan ke Ohoi/Desa Hollat (Haluat), Kecamatan Kei Besar Utara Timur, Kabupaten Maluku Tenggara, Sabtu (13/4/2024).
Sekitar 1,5 jam, kapal cepat pun tiba di Pelabuhan Elat. Ateng adalah orang terakhir yang keluar. Ia turun dari kapal, langsung menyapa warga setempat. Ateng pun membeli air botol kemasan dan membagikannya kepada rombongan.
Setengah jam lamanya, rombongan menunggu tumpangan untuk lanjut ke Yamtel. Namun, ketika sampai di sana, mereka diarahkan kembali ke Waurtahit, sebab speed boat tujuan Hollat tidak bisa berlabuh di Yamtel.
Di sana, mereka menunggu lagi sekitar hampir satu jam baru bisa bertolak dari Waurtahit ke Hollat.
“Katong di Kebes (Kei Besar) begini sudah. Darat susah, laut susah,” ujar MSU kepada wartawan dalam bincang singkat di jembatan Waurtahit.
Beruntung cuaca siang itu bersahabat. Perjalanan pun dilanjutkan ke Hollat. Mereka sempat singgah di Hoko untuk menurunkan satu penumpang yang ikut menumpangi speed boat Bunga Tanjung 02.
Tiba di Hollat, Bunga Tanjung 02 sandar di tepi Pantai Varngil. Rombongan MSU disambut warga setempat. Peluk-sambut terus diterima sepanjang jalan ke Rahan Koreng Lalay, kediaman MSU.
Ternyata sudah ada sekelompok orang menunggu kedatangan MSU. Mereka adalah keluarga yang bernaung di bawah atap Rahan Koreng Lalay, antara lain Marga Ulukyanan, Laiyanan, Wearbitu, Belan Ya’an (marga Rumyaan dan Sakilat), dan Belan Warin (Marga Robubun dan Walubun).
Agenda itu tak terduga. Belakangan baru diketahui, ternyata pertemuan serupa ada setiap hari sejak sepekan terakhir.
Editor: Labes Remetwa